BERITA & ACARA

Cara Mendidik Anak agar Rajin Belajar Tanpa harus Marah-marah

Oct 20, 2025

Cara Mendidik Anak agar Rajin Belajar Tanpa harus Marah-marah

Setiap orangtua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang rajin belajar dan berprestasi. Namun, sering kali keinginan itu justru disampaikan dengan cara yang salah, yaitu dengan memarahi, menekan, atau memaksa. Padahal, belajar bukan hanya tentang hasil, melainkan juga tentang proses dan suasana hati. Anak yang belajar dalam kondisi tertekan cenderung sulit fokus dan kehilangan semangatnya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami cara mendidik anak agar rajin belajar tanpa harus marah-marah.

6 Cara Mendidik Anak agar Rajin Belajar. Marah-marah, Tidak Lagi!

Memang, cara mendidik anak agar rajin belajar tanpa perlu marah-marah selamanya berhasil. Sebagian anak dengan karakter tertentu membutuhkan sedikit perlakuan yang lebih keras, namun tetap harus dalam konteks mendidik, bukan intimidasi.

Seperti apa cara mendidik anak rajin belajar tanpa harus membuat orangtua naik darah? Simak poin-poinnya berikut ini:

Beri Apresiasi Atas Pencapaian Anak

Pada dasarnya, semua orang pasti menyukai pujian. Begitu pun anak-anak. Pujilah mereka ketika hasil belajarnya bagus. Pujian ini ibarat pelecut semangat yang bisa membuat mereka merasa lebih dihargai. Bahkan, tak ada salahnya juga sesekali menghadiahi anak dengan sesuatu yang mereka idam-idamkan selama ini. Misal, ajakan liburan ke tempat baru, hadiah alat tulis baru, pakaian, mainan, atau apapun bentuk lainnya.

Namun perlu juga diingat bahwa pujian ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi ujian bisa membuat anak lebih bersemangat belajar, sedangkan sisi lainnya justru bikin anak lekas berpuas diri atas suatu pencapaiannya. Oleh karena itu, pandai-pandailah memberi pujian. Tidak ada salahnya menambahkan sedikit peringatan agar anak tidak lekas berpuas diri.

Contoh: “Wah anak mama semakin pintar matematikanya. Tapi jangan lengah. Teman-teman kamu juga makin semangat belajarnya. Mereka ingin seperti kamu juga.”

Berhenti Membanding-bandingkan Kemampuan Belajar Anak dengan Anak Lainnya

Di Indonesia, standar kecerdasan seorang anak di mata masyarakat memang sempit sekali. Anak baru dianggap pintar apabila ranking kelas. Yang tidak ranking berarti bukan anak pintar.

Orangtua yang kurang bijaksana menggunakan tolok ukur sedangkal itu untuk menekan anak-anaknya biar giat belajar, lalu membanding-bandingkannya dengan teman-temannya yang lain.

Cara ini bukan hanya menekan mental anak, tapi juga melukai perasaaannya. Ujung-ujungnya anak stress dan trauma berhadapan dengan mata pelajaran apapun. Dia akan semakin menarik diri karena merasa tidak berarti.

Cara terbaik ialah sadari bahwa setiap anak memiliki potensi diri yang berbeda-beda. Temukan potensi apa yang paling menonjol pada anak sendiri lalu tempalah dia berdasarkan potensinya tersebut. Anak akan lebih bersemangat mempelajari segala sesuatu yang ia senangi bahkan tanpa harus dipaksa.

Motivasi dan Kritik yang Membangun di Waktu Tepat

Agar tidak marah-marah orangtua juga harus menyadari bahwa semangat belajar anak sangat lumrah pasang surut. Semua anak mengalami hal yang sama di waktu yang berbeda-beda. Entah karena lelah, suasana hati yang kurang baik, atau mungkin juga bosan sesaat. Jangan bosan memberinya motivasi saat patah semangat.

Memberi kritik pun diperbolehkan. Asalkan lihat dulu situasi dan kondisi anak. Saat anak tampak terlalu tidak bersemangat, apapun bentuk kritikan itu tidak terdengar elok baginya. Yang akan terjadi anak justru membangkang dan bisa-bisa memancing emosi orangtua.

Luwes dengan Perkembangan Zaman

Gaya belajar anak zaman dulu dengan sekarang sudah banyak mengalami pergeseran. Mungkin dulu kita bisa nyaman dengan gaya belajar duduk lama dan berhadapan dengan meja, di dalam kamar pribadi atau ruangan yang cukup hening. Tetapi kini sebagian anak tidak merasa cukup nyaman dengan gaya dan suasana belajar monoton seperti itu. Mungkin mereka lebih suka belajar secara berkelompok di ruang terbuka seperti taman. Bisa juga belajar sambil mendengarkan musik kesukaan.

Sebagai orangtua, kita yang perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tidak lagi bisa memaksakan kehendak harus sama dengan pengalaman belajar kita di masa lampau.

Kalau kita berhasil menyesuaikan diri dan memahami seperti apa suasana belajar yang anak sukai. Beri mereka kebebasan yang terkontrol mengenai tempat dan suasana belajar. Untuk anak yang suka belajar berkelompok, kita bisa beberapa teman-temannya untuk belajar di rumah.

Ajak Belajar di Tempat yang Berbeda

Biar anak tidak jenuh dalam belajar yang kemudian membuat kita jadi emosi, tak ada salahnya beberapa kali dalam satu bulan kita merencanakan agenda belajar di suatu tempat baru. Paling gampang sambil staycation di hotel, misalnya.

Belajar di tempat yang baru bukan saja memantik semangat anak, tapi juga dapat menjadi tambahan pengalaman baru menyenangkan dalam hidupnya. Selain itu, mampu membangun ikatan bonding yang lebih kuat antara anak dengan orangtua.

Cari Bantuan Untuk Mengatasi Problem Belajar Anak

Dalam proses belajar, tingkat pemahaman setiap anak terhadap suatu materi berbeda-beda. Ada anak yang mudah sekali mencerna materi pelajaran, begitupun sebaliknya. Sedihnya, ketika anak merasa kesulitan dengan suatu materi, orangtua juga bermasalah dengan kesabarannya sendiri.

Akibatnya, alih-alih mendampingi anak belajar, yang terjadi justru orangtua marah-marah karena tidak sabaran.

Jika batas kesebaran orangtua rendah, tak ada salahnya melibatkan guru khusus untuk membantu anak belajar (guru les). Di tangan pendidik yang tepat, anak pasti lebih mudah memahami materi pelajaran. Di sisi lain orangtua bisa menghemat tenaga untuk marah-marah.

Penutup

Demikianlah cara mendidik anak agar rajin belajar tanpa harus dimarahi terlebih dahulu. Menumbuhkan semangat belajar pada anak bukan perkara instan, tetapi proses yang membutuhkan kesabaran, empati, dan pemahaman. Orangtua perlu menyadari bahwa setiap anak memiliki ritme dan gaya belajarnya sendiri. Ketika anak merasa diterima, didukung, dan tidak ditakuti, ia akan belajar dengan hati yang ringan dan pikiran yang terbuka. Ingatlah, anak tidak membutuhkan orangtua yang sempurna—melainkan orangtua yang mau belajar dan bertumbuh bersama mereka.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *